MAKALAH MUSKULOSKELETAL
Dosen Pembimbing : Ns. GIAT
WANTORO, S.Kep
Kelompok 2
1. AA Ridwan Alawi 16. Krialita Putri
2. Andi Fransisko 17. Marina
3. Angga
Nugraha 18. Mellyana
Utamie
4. Annisa Rahma Yanti 19. M. Rizki
5. Bahaudin Zeri 20. Novelia Utami
6. Baso Abdul Hamit 21. Okki Indrajaya .P
7. Dhea Lovita Hamid 22 Rian Saputra
8. Dwita Puspa Rahayu 23. Riski Wahyu Chandra
9. Eko Mauliya Mahardika 24. Riska Agustina
10. Idris Syafli 25. Rts. Irmayanti
11. Indra Yurdan 26. Selly Fidhria Samsuri
12. Indri 27. Vikri
Arlisandi
13. Irawati 28. Windo
Kurniawan
14. Izzatun
Nisa 29. Yolanda
Sujanajahy
15. Jimmi Charles 30.
Yudha Prayoga. S
KELAS A
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat, taufik, dan
hidayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Osteoporosis” ini tepat waktu dan semoga makalah ini dapat memberikan tambahan
ilmu pengetahuan kepada kita nantinya.
Makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis” ini mengandung beberapa pokok bahasan yang akan membahas
tentang poin-poin penting dari metode pengkajian dan asuhan keperawatan terkait
dengan penyakit Osteoporosis.
Terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman, dan juga orang tua kami, atas dorongan yang telah
diberikan kepada kami sehingga makalah ini dapat
terbentuk.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami bersedia menerima kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk perbaikan di kemudian hari.
Jambi, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…………………..........................1
A. Latar
Belakang..........................................................1
B. Rumusan
Masalah.....................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………...............……..2
A. Defenisi.....................................................................3
B. Klasifikasi osteoporosis.............................................3
C. Anatomi
fisiologi.......................................................4
D.
Etiologi......................................................................5
E. Patofisiologi..............................................................10
F.
Manifestasi
Klinis.....................................................10
G.
Pemeriksaan
Diagnostik...........................................11
H. Penatalaksanaan
Medis.............................................12
I. Komplikasi................................................................14
J. Teori
Asuhan Keperawatan........................................16
BAB III PENUTUP………...........…………………….…..23
A. Kesimpulan................................................................23
B. Saran...........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup sehat,
bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan dambaan banyak orang.
Namun, setting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur – angsur
menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam penyakit. Masalah kesehatan pada
usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit
osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang
orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari
hasil penelitian di amerika serikat pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari
4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat
dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah
dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat
osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita
post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar
80% persen klien penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang
mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen
setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit
osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena
penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada
pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause,
sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia
diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan
perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi
24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang
dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di Indonesia adalah
Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak
18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%,
pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia
kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Mereka. Satu dari tiga perempuan
dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan
tulang. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit
osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia
jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2
setelah Negara Cina.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dangan osteoporosis?
2. Apa
sajakah jenis-jenis osteoporosis?
3. Bagaimana
anatomi fisiologi pada tulang?
4. Apa
sajakah etiologi dari osteoporosis?
5.
Bagaimana patofisologinya?
6. Apa sajakah manifestasi klinis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada
osteoporosis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis
osteoporosis?
9. Apa komplikasi pada osteoporosis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada
osteoporosis?
C. Tujuan
Penulisan :
Mahasiswa/i dapat melakukan
asuhan keperawatan klien dengan ”Osteoporosis”.
Tujuan
Umum :
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi,
etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, penatalaksanaan medis dan
keperawatan serta asuhan keperawatan dari Osteoporosis.
Tujuan Khusus :
- Mahasiswa mampu memahami definisi osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami klasifikasi osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi tulang
- Mahasiswa mampu memahami etiologi osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis dari osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari osteoporosis
- Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien osteoporosis
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Osteoporosis merupakan kondisi
terjadinya penurunan densitas/ matriks/ massa tulang, peningkatan prositas
tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan kerusakakn
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang
sehingga tulang menjadi mudah patah. (Muttaqin,
Arif. 2008)
B.
Jenis
Osteoporosis
Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis
primer dansekunder.
1.Osteoporosis
primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai
dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki
tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis
sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh
dari osteoporosis primer.
2.Osteoporisis
sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang
akibat hal hal tertentu. mungkin berhubungan dengan kelainan patologis
tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan,
immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas
tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor
ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal
kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme,
hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
3.Osteoporosis
Kausal juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab penyakit
atau keadaan dasarnya :
Ø Osteoporosis postmenopausal terjadi
karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada perempuan ), yang membantu
pengangkutan kalsium ke- dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul
pada peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih
cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur
lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
Ø Osteoporosis senilis kemungkinan
merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang ( osteoklas ) dan
pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi
pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70 tahun dan
2 kali lebih sering pada perempuan.
Ø Kurang dari 5 % klien osteoporosis
juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lain
atau obat – obatan. Penyakit ini disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta obat –
obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid
yang berlebihan ). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
Ø Osteoporosis juvenile idiopatik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuh yang jelas.
C. Anatomi
Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang
dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi
jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga
merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonselular utama dar jaringan tulang adalah mineral-mineral
dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk
suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik
tulang disebut juga sebagai osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang
berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
Bagian-bagian
khas dari sebuah tulang panjang :
· Diafisis atau batang, adalah bagian
tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal
yang memiliki kekuatan yang besar. Sumsum kuning terdapat pada diafisis,
terutama terdiri dari sel-sel lemak.
· Metafisis, adalah bagian tulang yang
melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang
trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoietik.
Sumsum merah juga terdapat di bagian epifisis dan diafisis tulang.
· Lempeng epifisis, adalah daerah
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akna menghilang pada
tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang
yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang berhenti. Seluruh
tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut perioteum yang mengandung
sel-sel yang dapat berproliferasi yang berperan dalam proses pertumbuhan
transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi
khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil
atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis
yang terususun dari tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan prteoglikan
sebagai metriks tulang atau jaringan oeteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jarigan osteoid, osteoblas
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranana penting
dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Osteoklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga
kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
D. Etiologi:
Etiologi
Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
1.Penyebab primer
: menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak diketahui.
2.Penyebab sekunder: pemakaian
Obat kortikosteroid, gangguan metabolism, gizi buruk, penyerapan yang buruk,
penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar, penyakit paru
kronis, cedera urat saraf belakang, rematik, transplasi organ.
3.Penyebab secara kausal: Osteoporosis
juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab penyakit atau keadaan dasarnya :
ØOsteoporosis postmenopausal terjadi
karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada perempuan ), yang membantu
pengangkutan kalsium ke- dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul
pada peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih
cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur lebih
rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
ØOsteoporosis senilis kemungkinan
merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang ( osteoklas ) dan
pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70
tahun dan 2 kali lebih sering pada perempuan.
ØKurang dari 5 % klien osteoporosis
juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lain
atau obat – obatan. Penyakit ini disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta obat –
obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid
yang berlebihan ). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
ØOsteoporosis juvenile idiopatik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuh yang jelas.
Faktor-faktor etiologi yang mempengaruhi
pengurangan massa tulang pada usia lanjut adalah :
a. Determinan
Massa Tulang
·
Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh
terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup
besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya
mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif
imun terhadap fraktur karena osteoporosis. Semakin terang kulit, semakin tinggi
risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras eropa utara (swedia, norwegia,
denmark) dan asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras
kulit hitam. Ras afrika memiliki massa tulang lebih padat di banding ras kulit
putih amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan
pada tulang pun besar. Ditamabah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi
pada ras afrika.
·
Faktor mekanis
Beban
mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan
bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua
hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang
berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.
Sebagai
contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi
baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya;
sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien
yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau
pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti
berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan
massa tulang di sampihg faktor genetic.
·
Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan
hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian
makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
b. Determinan
Penurunan Massa Tulang
·
Faktor genetik
Faktor
genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang
dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat
dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap seseorang mempunyai ketentuan
normal sesuai dengan sifat genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya.
Apabila seseorang dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan
massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka seseorang
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada seseorang yang
mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
·
Faktor mekanis
Di lain
pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian
telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor
nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya
usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang
tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
·
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang
peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya
usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang
sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan
kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan
ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara
masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam
masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
· Protein
Protein juga merupakan faktor yang
penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein
akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal
ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak
dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan
tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran
kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein
berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium
yang negative.
·
Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya
estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
·
Rokok, kopi dan Alkohol
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung
akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang
tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui
urin maupun tinja. Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme
yang jelas belum diketahui dengan pasti .
c. Osteoporosis
akibat pemakaian steroid
Harvey Cushing, lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengamati bahwa
hiperkortisolisme berhubungan erat dengan penipisan massa tulang. Sindroma
Cushing relatif jarang dilaporkan. Setelah pemakaian steroid semakin meluas
untuk pengobatan pelbagai kondisi penyakit, efek samping yang cukup serius
semakin sering diamati. Diperkirakan, antara 30% sampai 50% pengguna steroid
jangka panjang mengalami patah tulang (atraumatic fracture), misalnya di tulang
belakang atau paha. Penelitian mengenai osteoporosis akibat pemakaian steroid
menghadapi kendala karena pasien-pasien yang diobati tersebut mungkin mengalami
gangguan sistemik yang kompleks. Misalnya, klien artritis rheumatoid dapat
mengalami penipisan tulang (bone loss) akibat penyakit tersebut atau karena pemberian
steroid. Risiko osteoporosis dipengaruhi oleh dosis dan lama pengobatan
steroid, namun juga terkait dengan jenis kelamin dan apakah klien sudah
menopause atau belum. Penipisan tulang akibat pemberian steroid paling cepat
berlangsung pada 6 bulan pertama pengobatan, dengan rata-rata penurunan 5% pada
tahun pertama, kemudian menurun menjadi 1%-2% pada tahun-tahun berikutnya.
Dosis harian prednison 7,5 mg per hari atau lebih secara jelas meningkatkan
pengeroposan tulang dan kemungkinan fraktur. Bahkan prednison dosis rendah (5
mg per hari) telah terbukti meningkatkan risiko fraktur vertebra.
E. Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang
dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik,
nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi
puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai
puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause
mengakibatkan percepatan reasorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun
pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi
pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk
mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus
mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan
kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
F. Manifestasi Klinis
Osteoporosis merupakan silent disease. Klien osteoporosis umumnya
tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur.
Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan
gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang
mendapat tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur
kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat
lengkung vertebra abnormal(kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering
merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat
trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Masa total tulang yang terkena, mengalami penurunaan dan menunjukan
penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit
ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu ”normal”
yang berbeda. Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun
histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti
yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya
kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase
yang normal dalam serum.
Osteoporosis
terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan factor
lingkungan.
Ø Factor genetic meliputi:
Usia jenis
kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.
Ø Factor lingkungan meliputi:
Merokok,
Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia
nervosa dan pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan menyebabkan
melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan
pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal
dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan
penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga
terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau
masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding
dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa
korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung
dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas
bikonkaf.
2.
CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara
kuantitatif yang mempunyao nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up.
Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan
fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3
ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3.
Pemeriksaan
Laboratorium
· Kadar Ca, P,
Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
· Kadar HPT (pada
pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang
pembentukkan Ct).
· Kadar 1,25-(OH)2-D3
absorbsi Ca menurun.
· Eksresi fosfat
dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
H. Penatalaksanaan Medis
Adapun
penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :
·
Pengobatan
ØPerempuan
yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin D dalam
jumlah yang mencukupi dan Bifosonat juga digunakan untuk mengobati
osteoporosis.
ØPerempuan pascamenopause yang
menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen ( biasanya bersama dengan
progesterone) atau alendronat, yang dapat memperlambat atau menghentikan
penyakitnya. Sebelum terapi sulih estrogen dilakukan,biasanya dilakukan
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan payudara dengan mammogram, pemeriksaan
kandungan, serta PAP smear untuk mengetahui apakah ada kanker atau
tidak. Terapi ini tidak di anjurkan pada perempuan yang pernah mengalami kanker
payudara dan kanker kandungan (ndometrium).
Pemberian alendronat, yang
berfungsi untuk :
1. Mengurangi kecepatan penghancuran
tulang pada perempuan pasca menopause.
2. Meningkatkan
massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul.
3. Mengurangi
angka kejadian patah tulang.
ØPemberian Kalsitonin, untuk
diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai
nyeri. Obat ini bisa diberikan melalui suntikan atau melalui semprot hidung.
ØLaki – laki yang menderita
osteoporosis biasanya menapatkan kalsium dan tambahan vitamin D
ØPemberian Nutrilife-deer Velvet
merupakan alternative terkini yang bisa mengatasi osteoporosis. Nutrilife-deer
Velvet yang terbuat dari tanduk Rusa Merah New Zealand, terbukti bermanfaat
untuk mencegah osteoporosis dan telah digunakan selama lebih dari 10.000 tahun
oleh China, Korea, dan Rusia. Obat ini mengandung delapan factor pertumbuhan,
prostaglandin, asam lemak, asam amino, dan komponen dari kartilago, dan
dosisnya 1x1/kapsul 1 hari.
ØPengobatan patah Tulang pada
Osteoporosis. Patah tulang panggul biasanya di atasi dengan tindakan
pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau di perbaiki dengan
pembedahan. Jika terjadi penipisan tulang belakang disertai nyeri panggung yang
hebat, dapat di berikan obat pereda nyeri, di pasang supportive back brace, dan
dilakukan terapi fisik dengan mengompres bagian yang nyeri dengan menggunakan
air hangat atau dingin selama 10 – 20 menit.
ØMeningkatkan pembentukan tulang,
obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan
steroid anabolic
ØMenghambat resobsi tulang,
obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin,
estrogen dan difosfonat.
·
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia
pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
1) Mencapai massa tulang dewasa Proses
konsolidasi) yang optimal
2)
Mengatur makanan dan life style yg
menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a).
Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b) .
Latihan teratur setiap hari
c).
Hindari :
ü
Makanan Tinggi
protein
ü
Minum kopi
ü
Minum Antasida yang
ü
Merokok
ü
Mengandung
Alumunium
ü
Minum
Alkohol
d). Pola hidup sehat antara lain cukup tidur, olahraga teratur (seperti jalan
kaki, berenang, senam aerobic).
Pencegahan Dan Pengobatan dengan vitamin dan mineral :
Pencegahan Dan Pengobatan dengan vitamin dan mineral :
1.Vitamin
C
8.Fosfor
2. Zat besi
9.Magnesium
3. Boron
10.Nutrilife-deer
Velvet
4.Seng (
zinc
)
11. Jus Timun
5.Vitamin
D
12. Jus Brokoli
6.Beras
ponni 13.Jus
Avokad
7.Kalsium
14.Jus Kale-collard
I. Komplikasi
Osteoporosis
mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan .Penurunan fungsi, dan Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
J. Teori Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan
dan pola pertahanan klien, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan klien
yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat
psikososial.
a) Anamnese:
v
Identitas
I.
Identitas
klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
II.
Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b) Riwayat
Kesehatan
Riwayat Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu
mengidentifikasi :
a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
b.
Berat badan menurun
c.
Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
c) Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian
waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat
membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi.
Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan
muskuloskeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya
gerak persendian adalah agility ( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun,
dan stamina menurun.
d) Aspek Penunjang
·
Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat.
Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan kelainan yang
sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
·
CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan,
sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir
semua klien yang mengalami fraktur.
·
Pemeriksaan
Fisik
a. B1
(Breathing).
Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
b. B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah
atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
1. Kepala dan wajah: ada sianosis
2. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
3. Leher: Biasanya JVP dalam normal
d. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.
e. B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi
badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang,
leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi
adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis
adalah sebagai berikut :
1) Nyeri akut yang berhubungan dengan
dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri
tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur
traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2) Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) ,
nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan
gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan
terdapat penurunan tinggi badan.
3) Risiko cedera yang berhubungan
dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai
dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat
bungkuk.
4) Kurang perawatan diri yang
berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan
badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada
vertebra dan menyebabkan kifosis angular.
5) Gangguan citra diri yang berhubungan
dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh
penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan
tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).
6) Gangguan eleminasi alvi yang
berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan
klien mengatakan buang air besar susah dan keras.
7)Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis
dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi
ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien
tampak gelisah
C. Intervensi
1. Nyeri akut
yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan
klien mengeluh nyeri tulang belakang.
Tujuan : nyeri berkurang
Intervensi :
1)Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas
(skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital
dan emosi/prilaku)
2) Ajarkan klien tentang
alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
3) Dorong menggunakan
teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan nafasa dalam,
imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik
4) Kolaborasi dalam
pemberian obat sesuai indikasi
2. Hambatan mobilitas fisik
yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri
sekunder, atau fraktur baru
Tujuan : klien mampu melakukan mobilitas fisik
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kemampuan
klien yang masih ada
2)
Rencanakan tentang
pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari-hari
yang dapat dikerjakan
3)
Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Risiko cedera yang
berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan
tubuh
Tujuan : cedera tidak terjadi
Intervensi :
1) Ciptakan lingkungan yang
bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat tidur rendah, berikan
penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah untuk
diobservasi
2) Ajarkan pada klien untuk
berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat beban berat
3) Pergerakan yang cepat
akan memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada klien osteoporosis
4) Observasi efek samping
obat-obatan yang digunakan
4. Kurang perawatan diri
yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak
Tujuan : perawatan diri klien terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji kemampuan untuk
berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatan
2) Beri perlengkapan
adaptif jika dibutuhkan misalnya kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada
dinding kamar mandi, alas kaki atau keset yang tidak licin, alat pencukur,
semprotan pancuran dengan tangkai pemegang
3) Rencanakan individu
untuk belajar dan mendemonstrasikan satu bagian aktivitas sebelum beralih ke
tingkatan lebih lanjut
5. Gangguan citra diri yang
berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
disebabkan oleh penyakit atau terapi
Tujuan : klien dapat menunjukkan adaptasi dan
menyatakan penerimaan pada situasi diri
Intervensi :
1) Dorong klien
mengekspresikan perasaannya khususnya mengenai bagaimana klieN merasakan,
memikirkan dan memandang dirinya
2) Hindari kritik negative
3) Kaji derajat dukungan
yang ada untuk klien
6. Kurang pengetahuan
mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang
informasi, salah persepsi
Tujuan : klien memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi
Intervensi :
1) Kaji ulang proses
penyakit dan harapan yang akan datang
2) Ajarkan pada klien
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
3) Berikan pendidikan
kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat
D. Implementasi
Pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data. Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan,
kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan
dan mempasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :
1.
Persiapan :
Perawat menyiapkan segala sesuatu
yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan
yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan
ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang
mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif.
Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan
tindakan.
2.
Intervensi :
Pelaksanaan
tindakan keperawatan yang bertjuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen,
interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi
:
Mendokumentasikan
suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat.
E.
Evaluasi
Hasil yang
diharapkan meliputi:
1.
Nyeri berkurang
2.
Terpenuhinya kebutuhan mobilitas
fisik
3.
Tidak terjadi cedera
4.
Terpenuhinya kebutuhan perawatan
diri
5.
Status psikologis yang seimbang
6.
Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan
dan informasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah
kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan
porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang
sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien
gangguan system musculoskeletal). Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan
tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang
terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang
menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam
tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah
osteoporosis.
B. Saran
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja diharapkan makalah ini
bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon perawat,
sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis” menjadi
bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas
ini.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu
melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa
mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
http://www.4shared.com/office/4a5VvsYC/asuhan_keperawatan_osteoporosi.htm
http://www.infokeperawatan.com/susu-hanya-efektif-cegah-osteoporosis-sebelum-usia-30-tahun.html
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008.
Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Kumar, Vinay, Abul K. Abbas dan Nelson Fausto. 2005. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. Seventh Edition. Philadelphia : Elsevier
Saunders.
Lewis, Sharon L. 2007. Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis :
Mosby.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi
6.Jakarta : EGC.
Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi
Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.htmlhttp://www.4shared.com/office/4a5VvsYC/asuhan_keperawatan_osteoporosi.htm
http://www.infokeperawatan.com/susu-hanya-efektif-cegah-osteoporosis-sebelum-usia-30-tahun.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar